Wednesday, April 18, 2007



Selebriti pilihan dhuat pada kali ini adalah Iwan Fals.
Pemusik kritis pedas pernah dinobatkan sebagai Asian Heroes.
(http://www.time.com/time/asia/features/heroes/fals.html)
Banyak lagi lirik kritis Iwan Fals, cuma saya hanya memilih beberapa sahaja untuk dikongsi bersama,

Lirik 1 adalalah berkenaan harga minyak yang naik dimana ia MEMANG menyusahkan rakyat.
Lirik 2 merupakan penghargaan buat guru, selain komen kritis terhadap layanan kerajaan terhadap guru
serta keadaan jalan yang masih sama keaadaanya sewaktu kedatangan Jepun di Indonesia.
Juga tentang anak muridnya yang telah berjaya menjadi ORANG BESAR tetapi tidak memperjuangkan nasib si guru.
Lirik 3 mengungkap kisah sang politikus penerima rasuah, yang kelihatannya ketakutan apabila perbuatanya diketahui yang juga dilihat sebagai menjengkelkan.
Lirik 4 menceritakan tentang perasaan hampa seorang sarjana muda.
Aku pasti ini semua adalah disebabkan inflasi dek KORUPSI dan KRONISME!


Rohnya sebagai suara rakyat memng 'hidup' cuma pada zaman kegemilangan sahaja...

Sekarang ini sahaja kelihatannya KRITIS PEDASNYA kian tumpul...

Nah, sekarang baru kalian mulai faham akan maksud saya.


1)

Galang rambu anarki - Iwan Fals

Galang rambu anarki anakku
lahir awal januari menjelang pemilu
galang rambu anarki dengarlah
terompet tahun baru menyambutmu
galang rambu anarki ingatlah
tangisan pertamamu ditandai bbm
membumbung tinggi (melambung)

Reff:

maafkan kedua orangtuamu
kalau tak mampu beli susu
bbm naik tinggi
susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi
mungkin bayi kurang gizi (anak kami)

galang rambu anarki anakku
cepatlah besar matahariku
menangis yang keras, janganlah ragu
tinjulah congkaknya dunia buah hatiku

doa kami di nadimu

Nota:Bahan Bakar Khusus (BBK)


2)

Bapak Oemar Bakri

Tas hitam dari kulit buaya
“Selamat pagi!”, berkata bapak Oemar Bakri
“Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!”

Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu

Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S’lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
“Berkelahi Pak!”, jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
Busyet… standing dan terbang

Oemar Bakri… Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri… Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri… Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri… profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
“Berkelahi Pak!”, jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
Bakrie kentut… cepat pulang


3)

Belalang Tua

Belalang tua diujung daun warnanya kuning kecoklat-coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya masih saja mengunyah tak kenyang-kenyang

Sudut mata kananku tak sengaja melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair tentang hati yang khawatir

Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan
Belalang tua yang tak kenyang-kenyang

Seperti sadar kuperhatikan, ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak ke atas
Matanya melotot melihatku tak senang

Kakinya mencengkeram daun empat di depan dua di belakang
Bergerigi tajam
Sungutnya masih gagah menusuk langit berfungsi sebagai radar

Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku
Aku menjadi grogi dibuatnya aku tak tahu apa yang dipikirkan

Tiba-tiba angin berhenti mendesir daunpun berhenti bergoyang
Walau hampir habis daun tak jadi patah
Belalang yang serakah berhenti mengunyah

Kisah belalang tua diujung daun yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Ooo Ooo Ooo Ooo Ooo Ooo
Belalang tua diujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam-hitaman
Berserat berlendir bulat lonjong sebesar biji kapas

Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik
Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir


4)

Sarjana Muda
Karya : Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)

Berjalan seorang pria muda
Dengan jaket lusuh dipundaknya
Disela bibir tampak mengering
Terselip sebatang rumput liar

Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan

Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Tuk jaminan masa depan

Langkah kakimu terhenti
Didepan halaman sebuah jawatan

Terjenuh lesu engkau melangkah
Dari pintu kantor yang diharapkan
Terngiang kata tiada lowongan
Untuk kerja yang didambakan

Tak perduli berusaha lagi
Namun kata sama kau dapatkan
Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat

Engkau sarjana muda
Resah tak dapat kerja
Tak berguna ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia sia semuanya

Setengah putus asa dia berucap... maaf ibu...

No comments: